Sabtu, 17 Agustus 2013

Problem ‘Parameter Waktu


Sebagai orang yang tidak banyak tahu saya ingin banyak bertanya dan tulisan ini intinya adalah PERTANYAAN bukan pernyataan ilmiah dimana ide tulisan ini berawal dari tulisan Sdr.’Immortal believer’ yang pada koment selanjutnya mempermasalahkan  deskripsi kitab suci yang dianggapnya berlawanan dengan ‘carbon dating’ atau teori ‘uji carbon’.
Sampai saat ini ada rasa penasaran yang terus menyeruak dalam hati saya,penasaran ingin tahu lebih banyak, sebab itu melalui tulisan ini mudah mudahan ada banyak teman yang memberitahu supaya saya menjadi lebih faham dan tahu lebih banyak.sebab posisi saya hanya seorang yang berupaya mati matian menjaga iman dari segala apa yang bisa mengguncangkannya,dengan berpegang teguh pada keyakinan bahwa : ‘mustahil Tuhan bisa salah’ maka konsekuensinya bila ada fitnah benturan agama-ilmu atau agama-sains maka yang salah pasti bukan Tuhan atau kitab suci tapi tafsiran atau persepsi manusiawi.
Walau saya berprinsip bahwa kita tidak bisa menghalau tiap gangguan iman dengan ‘main sikat’ atau ‘main hantam’ melainkan harus mencari jalan keluar bagi tiap problem yg bersangkutan dengan keyakinan itu sebisa mungkin melalui jalan ilmiah,sebab  saya berprinsip bahwa : SEGALA SUATU ITU ADA ILMUNYA,termasuk masalah yg kita hadapi ini harus diselesaikan dengan jalan ilmu pengetahuan.
Sebab itu pada prinsipnya tulisan sederhana ini saya buat sebagai sumbangsih dengan harapan agar kelak suatu saat nanti tidak ada lagi fitnah benturan agama-ilmu yang disebabkan karena kesalahan persepsi manusiawi.

Soal mengapa kerangka Adam-Hawa tidak ditemukan sehingga ceritera itu dianggap ‘dongeng’ oleh beliau maka saya cuma menyarankan : silahkan cari saja oleh Mas sendiri kerangka Adam - Hawa itu saya tidak tahu ada di kedalaman lapisan bumi ke berapa adanya dan dimana letak posisinya,(mudah kah untuk menemukannya?), tapi saya tak mau beranggapan apa yang sampai hari ini tidak bisa (atau belum ?) ditemukan fakta empiriknya sebagai ‘tidak ada’ atau ‘dongeng’ sebab sains itu berkembang maju ke depan sehingga apa yang di abad ini belum ditemukan bisa saja ditemukan di abad mendatang.
Sebab itu berarti bahkan temuan hari ini sekalipun jangan lantas selalu ijadikan ‘parameter kebenaran yang bersifat mutlak-abadi’ sebab bisa jadi ilmuwan di masa depan menemukan temuan baru yang menyanggah apa yang hari ini kita temukan.
Kitab suci salah ? belum tentu,mengapa kita tidak belajar berfikir bahwa sangat mungkin persepsi atau pemahaman atau tafsiran manusia  yang salah,sebagai contoh : apakah ‘enam masa’ penciptaan alam semesta sebagaimana tertulis dalam kitab suci harus kita tafsirkan sebagai ‘enam hari’ dalam arti 6 X 24 jam seperti kita memahaminya saat ini ?
Atau apakah anda berfikir bahwa kuantitas waktu di zaman Adam sama dengan kuantitas waktu hari ini ? apakah jam tangan masa kini fungsinya akan sama atau akan bisa pas - cocok andai digunakan di zaman Adam ?
Nah masalah yang berhubungan dengan perselisihan berkaitan dengan masalah data karbon yang ditafsirkan oleh Sdr.Immortal sebagai ‘berlawanan dengan deskripsi kitab suci’ saya sebagai bukan saintis inti nya bukan ingin membuat pernyataan pernyataan ilmiah sebagai jawaban,tapi ingin mengajukan berbagai pertanyaan yang silahkan saudara saudara siapapun yang memiliki kemampuan untuk menjawabnya untuk memberikan solusi-pandangan agar kita semua memperoleh ‘titik terang’ jalan keluar ilmiah nya.sehingga dimasa datang tak ada lagi orang yang membenturkan agama dengan ilmu pengetahuan akibat cara berfikir atau cara menafsir yang keliru.
Sebab fitnah-fitnah besar di seputar hubungan agama dengan ilmu harus kita kikis satu persatu agar umat manusia bisa memahami kebenaran secara utuh dan menyeluruh.
Pertanyaannya saya mulai dengan :
Kita hidup dalam ruang - waktu sebab itu dalam fikiran kita tanpa sadar melekat ‘parameter waktu’ dengan kuantitas perhitungan sebagaimana yang kita fahami,dan ‘parameter waktu’ itu tanpa sadar sering menjadi kacamata sudut pandang yang kita gunakan secara keliru,misal kita sering mengukur masa silam atau suatu kejadian dimasa silam seperti penciptaan alam semesta dengan parameter waktu masa kini,padahal secara kuantitas sangat mungkin berbeda kuantitas waktu masa kini dengan masa silam.
Kita mulai dari penciptaan alam semesta selama ‘enam masa’ menurut kitab suci : apakah kita harus mengukur ‘enam masa’ ini dengan enam hari menurut parameter waktu yang kita fahami saat ini ? sehingga dalam ‘enam masa’ yang adalah 24 jam X 6 hari tercipta tatanan alam semesta ? padahal ada saat ketika belum tercipta perhitungan waktu sebagaimana hari ini kita kenali karena saat itu belum tercipta sistem tata surya sehingga belum ada pergantian antara siang dengan malam,sehingga ‘hari apa’ atau masa yang bagaimana itu ketika siang dan malam belum ada ?
Kemudian ketika sistem tata surya telah tercipta secara sempurna katakanlah pada ‘ tahun 1′ apakah kuantitas waktu sudah harus langsung disamakan dengan kuantitas waktu yang hari ini kita kenali ? andai kuantitas waktu berjalan paralel dengan gerak organ semesta apakah kecepatan gerak laju planet planet sudah langsung secepat saat ini termasuk apakah gerak rotasi bumi juga kuantitasnya telah sama ’secepat’ saat ini ?.
Lalu seandainya materi-ruang-waktu termasuk kedalamnya gerak organ semesta berbeda dari suatu masa ke masa berikutnya kenapa selalu diukur secara ’sama rata’ oleh parameter waktu yang tunggal yaitu parameter waktu yang saat ini kita kenali ?
Apakah masa silam memiliki parameter waktu tersendiri sehingga hitungan sekian milyar tahun menurut parameter waktu saat ini bisa berbeda dengan parameter waktu masa silam ?
Sebab bisa saja menurut parameter waktu masa silam apa yang oleh manusia masa kini kita hitung sebagai ’sekian milyar tahun’ itu sebenarnya adalah ’sekian ribu atau sekian ratus atau bahkan sekian puluh tahun’ atau bahkan lebih pendek lagi hitungan waktunya bila dibandingkan dengan hitungan waktu berdasar parameter waktu saat ini ?
Coba kalau kita membawa jam tangan kita ‘berkelana’ ke masa silam misal ke saat ketika alam semesta sedang dalam proses penciptaan,kemudian jam tangan kita stel dari 0.00 dan setelah berputar selama 24 jam sehingga kembali menunjuk ke jam 0.00 artinya sudah ’seharian’ kita mengamati proses penciptaan alam semesta tapi mungkin anda heran tidak juga ada suatu proses yang ’selesai’ padahal mungkin dalam bayangan anda 1 hari selesai 1 proses,sehingga ‘ enam masa’  yang anda bayangkan adalah ‘enam hari bumi’ atau 24 jam X 6 hari proses penciptaan itu selesai.
Salahkah seandainya ‘data carbon’ menunjuk ke waktu ’sekian milyar tahun’ misal nya,mungkin data karbon itu data mati yang tak bisa dimanipulasi tapi yang keliru mungkin adalah persepsi kita terhadap ‘waktu’ dan perhitungan mundurnya ke belakang yang berjalan ‘datar’,tanpa sadar dalam fikiran kita melekat ‘parameter waktu saat ini’ sehingga kita menganggap dan menyama ratakan kuantitas waktu masa lalu dengan kuantitas waktu saat ini sebagaimana yang kita kenali,termasuk dalam menafsirkan hasil uji carbon dan menggunakannya untuk menafsir sejarah alam semesta.
Dengan kata lain data carbon tidak akan memberitahu kepada manusia kuantitas waktu masa lalu atau apa yang persisnya terjadi pada suatu waktu di masa silam sebab data carbon itu ‘data mati’ artinya tidak menafsirkan secara utuh realitas serta kondisi dari suatu masa,sehingga mengikuti data carbon semata hanya mengikuti ‘data mati’ yang ‘datar’.
Kemudian coba kita berkelana ke zaman  Adam dengan membawa jam tangan masa kini apakah kuantitas perhitungan waktu nya akan persis sama ? misal jam tangan menunjuk ke jam 12.00 apakah saat itu matahari akan persis berada diatas kepala kita,atau hari masih pagi atau malah masih malam,sebab matahari berjalan jauh lebih lambat karena gerak laju organ semesta belum ’secepat’ sekarang ?
Dan masalah lain adalah realitas dunia zaman nabi Adam berbeda dengan realitas dunia saat ini,zaman Adam dan generasi anak-cucu nya  yang pertama adalah generasi  manusia bertubuh raksasa dan berumur panjang hingga usia nya bisa mencapai ratusan tahun sehingga (bila dibandingkan dengan kondisi manusia di zaman ini yang berbeda jauh : ukuran fisik dan umurnya) apakah satu hari zaman  Adam dan anak cucu generasi pertamanya itu juga persis dengan 24 jam dalam perhitungan jam kita hari ini ?
Apakah kuantitas waktu gerak laju perputaran  planet - planet mengelilingi porosnya termasuk gerak bumi mengelilingi matahari dan termasuk kecepatan rotasi bumi saat itu sudah  ’secepat’ saat ini sehingga 24 jam zaman Adam sama dengan 24 jam hari ini ?
Mungkin kita manusia hanya bisa berteori dan meraba raba,sehingga boleh saja sebagai manusia kita membuat perkiraan dan perhitungan hanya masalahnya jangan langsung mem vonis deskripsi kitab suci sebagai ‘bertentangan dengan data karbon’  sebab yang keliru mungkin bukan data karbon nya tapi 1.persepsi kita terhadap waktu yang ‘datar’  2.perhitungan kita yang juga ‘datar’ menganggap kuantitas waktu masa lalu sama dengan kuantitas waktu masa kini.
Mungkin betul menurut petuah orang tua kita zaman dahulu : bila ada yang tidak difahami dari kitab suci jangan langsung menyalahkan kitab sucinya tapi periksa :
1.logika akal fikiran kita
2.kacamata sudut pandang yang sadar atau tak sadar terbiasa kita pakai
3.parameter parameter tertentu yang tanpa sadar melekat dalam fikiran kita
4.posisi manusia yang serba terbatas
Terima kasih atas perhatiannya,sekali lagi tulisan saya diatas intinya adalah pertanyaan dan bukan pernyataan sebab saya manusia biasa yang bukan saintis,dengan harapan ada kawan kawan yang bisa memberi jawaban sehingga saya bisa memperoleh ilmu yang utuh dan menyeluruh.
Jadi tulisan diatas ditulis oleh orang yang tidak banyak tahu tapi penasaran ingin tahu bukan ditulis oleh orang yang banyak tahu yang tak perlu diberitahu.
Sehingga mohon maaf dan silahkan diperbaiki bahkan andai ada pernyataan atau pertanyaan yang dianggap keliru……….
Mudah mudahan terbuka cakrawala pandangan baru : apa dan bagaimana sebenarnya sejarah alam semesta termasuk didalamnya bumi diluar dari teori-teori yang selama ini kita ketahui dari buku buku pelajaran resmi ?